Oleh: Dr. KH. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, M.M
Journalasia.comĀ -Sepertinya qoidah ushul: almuhafazhotu alal qodimish sholih wal akhdu bil jadidil ashlah (menjaga sesuatu hal yang lama baik dan mengambil hal baru yang juga baik), penting diimplementasikan dalam cara pandang dan bersikap Warga SH.
Dengan pola berpikir konservatif ansich membuat Warga SH cenderung menjadi sangat reaktif berlebihan dalam menyikapi gagasan baru yang ada.
Apalagi ketika ada seorang figur panutannya membingkai pemikiran-pemikirannya dengan konsep kesucian objek yang menjadi simbol keagungan yang disakralkan, dogma kesucian ajaran yang tidak boleh diganggu gugat, padahal sesungguhnya itu merupakan produk pemikiran tokoh bersifat temporal dan tidak absolut serta penuh tendensius untuk kepentingan sesaat.
Hal ini akan dapat lebih menyulut permusuhan dan bahkan mengancurkan Persaudaraan yang telah ditanamkan founding father Persaudaraan Setia Hati dan muridnya pada generasi awal.
Untuk menghindari akibat buruk ini maka Warga SH di era kontemporer ini seharusnya mampu berpikir cerdas dan menata hati untuk saling menghormati sehingga Warga SH akan tetap solid menjaga Persaudaraan yang ada dan mampu menyuguhkan ajaran SH sesuai dengan konteks jaman.
Jika ini dimiliki dan mampu diimplementasikan Warga SH maka kehadiran Warga SH benar-benar akan mampu Mamayu Hayuning Bawana, menjadi rahmatan lil alamin, menjadi aset bangsa dan menjadi kontribusi kuat untuk keutuhan NKRI. Kalau tidak maka sebagian dari unsur kekuatan NKRI akan hilang yang menyebabkan NKRI menjadi rapuh dan mudah dihancurkan.
Ayo berpikir cerdas dan menjaga hati agar Persaudaraan tetap kuat.