JAKARTA – Sawitri terlahir dari keluarga besar yang suka dan mencintai olahraga beladiri pencak silat. Ternyata darah pendekar itu mengalir di dalam dirinya.
Ayahnya bernama Bapak Margono, seorang pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang disahkan oleh Bapak Salyo murid pendiri PSHT Ki Hardjo Utomo pada tahun 1958 di Solo.
Mengikuti jejak sang Ayah, ia pun berlabuh ke PSHT. Untuk menimba ilmu beladiri pencak silat. Kegigihannya sebagai siswa dalam berlatih menjadikannya warga PSHT hingga saat ini.
Sejak di usia muda, segudang prestasi pencak silat ia raih. Mulai dari kejuaraan tingkat nasional hingga internasional.
Memulai bertanding tahun 1982 pada Festival pencak silat nasional di Cirebon berhasil menjadi juara 3 tunggal anak-anak puteri.
Pada tahun 1989 ia mengukir prestasi gemilang dalam kejuaran SHT Cup di Malang. Menjadi juara 1 tanding kelas A puteri. Sekaligus mendapat predikat pesilat teladan.
Prestasi lainnya diukir melalui even mahasiswa nasional. Dengan raihan juara 1 di kelas A puteri. Semakin mengkokohkan predikat pesilat teladan baginya.
Tahun 1991 merupakan tahun puncak kejayaan pesilat yang merajai kelas A puteri ini. Di perhelatan Sea Games yang digelar kota Manila Filpina ia berhasil pulang ke tanah air membawa medali emas.
Medali emas pertama pada ajang olahraga kasta tertinggi di Asia Tenggara itu, mampu dipertahankannya sebanyak 5 kali. Hingga dirinya menyatakan pensiun sebagai atlet.
“Sebenarnya masih banyak lagi prestasi-prestasi yang saya raih, tapi sudah banyak lupa,” kata Mbak Sawitri kepada tim Humas PSHT pusat,” Rabu (20/12/2023) sore.
Segudang pengalaman yang dimilki, saat ini menjadikan ia sosok pelatih yang sukses. Di cabang khusus PSHT Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, yang saat ini menjadi tempat dirinya mengabdikan diri di dunia olahraga telah mebesarkan namanya itu.
“Saat ini saya melatih anak-anak difabel dan melatih Emak-emak, Bapak-bapak di cabang khusus TMII,” tuturnya.
“Cari senang, cari sehat dan bahagia. Sekaligus mencari bibit atlet berprestasi untuk PSHT,” tambahnya.
Impian Mbak Witri berhasil, anak-anak difabel yang dilatihnya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Telah meraih prestasi dan memiliki kempuan luar biasa.
Muhammad Harby (Aby) yang dilatihnya, menjadi pesilat difabel PSHT pertama dengan prestasi menjadi juara pada olahraga pencak silat.
Dalam kejuaraan Indonesia Student Open yang digelar di Padepokan Pencak Silat TMII Jakarta Utara, 19 Desember 2023 lalu. Aby berhasil menjadi juara 3 seni tunggal IPSI pra remaja.
Selain itu, Aby dan 5 teman lainnya yang dilatih Mbak Witri. Sukses membuat tamu undangan dan penonton terhibur, dengan penampilan senam masal PSHT. Pada perayaan HUT ke-4 pencak silat diakui Unesco sebagai warisan budaya tak benda, bertempat di Gedung Pusat Pelatihan Seni Budaya Jakarta Timur, Sabtu (16/12/2023).
Sebagai pendekar dengan status pelatih utama nasional. Mbak Witri saat ini dipercaya Pengurus Pusat PSHT di Departemen Litbang dan Lemdiklat.