Mari Bersama Membangun Dinding

Oleh : Ustadz H. Johan – Ketua DMI PGK

Hari semakin terik, Nabi Musa dan Nabi Khidir telah menempuh perjalanan yang cukup jauh dalam keadaan lelah. Mereka akhirnya menemukan sebuah desa. Kedua hamba yang mulia itu lantas menuju desa tersebut, dengan harapan akan dijamu layaknya musafir.

Ternyata harapan mereka berdua kandas. Seluruh penduduk desa bersifat kikir, tak seorangpun yang mau menerima sebagai tamu. Apalagi memberi suguhan. Maka mereka memutuskan untuk meninggalkan desa itu.

Belum lagi keluar dari desa kikir tersebut, Nabi Khidir melihat sebuah dinding yang hampir roboh, lantas beliau dengan jerih payah merapikan kembali dinding tersebut agar menyatu dengan bangunannya. Nabi Musa tak habis pikir, apa gunanya membantu orang-orang kikir sampai sepayah itu?

Saudaraku, kisah di atas pasti sudah sangat populer di telinga kita semua. Begitu pula kelanjutan kisah tersebut, pasti sudah tahu pula. Mari kita lanjutkan kembali kisahnya.

Nabi Khidir menjawab, bahwa bangunan itu milik dua anak yatim. Adapun di balik dindingnya, ada harta peninggalan orang tua mereka yang saleh. Apabila dinding itu tidak diperbaiki, maka harta itu akan terlihat oleh orang-orang kikir dan mereka akan menguasainya.

فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ

“Maka Tuhanmu menghendaki supaya mereka berdua sampai kepada kedewasaannya dan menguasakan harta itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu.”

(Surat Al-Kahfi: 82)

Baiklah, mari kita jeda sejenak dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir. Karena sebenarnya yang ingin saya ungkapkan di sini adalah perintah Allah dalam cerita di atas.

Bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi Khidir memperbaiki dinding hakikatnya untuk menjaga harta tersebut agar tidak dikuasai orang-orang kikir, karena Allah menginginkan harta itu dikuasai oleh anak-anak yang saleh tersebut.

Ulama ahli tafsir berpendapat, bahwa perintah ini bersifat umum. Artinya tidak hanya berlaku bagi Nabi Khidir saja melainkan bagi seluruh umat manusia.

Yaitu untuk menjaga perputaran harta di dunia ini agar tidak dikuasai orang-orang kikir, dan berusaha agar perputaran harta itu dikuasai oleh orang-orang yang saleh.

Dahulu Nabi Khidir melakukan perintah ini dengan membangun dinding, sedangkan kita hari ini bisa melakukannya dengan membangun ikhtiar, membangun usaha, membangun bisnis, membangun semangat bekerja lillahi ta’ala, semata-mata agar harta tidak jatuh kepada orang-orang kikir.

Insya Allah bulir-bulir keringat kita dalam mencari rezeki, mendapat ganjaran sebesar-besarnya apabila dilengkapi dengan niat terpuji seperti ini.

Tentu saja, ikhtiar harus punya ilmunya. Usaha juga pakai ilmu. Hanya semangat saja tanpa tahu ilmunya bagai berlari kencang tapi tak tentu arah. Kapan sampainya? Terimakasih sahabat kami yang Sholeh ustadz H. Herda Herdiansyah dan keluarga besar pondok pesantren Daarul Mahabbah yang senantiasa membersamai disetiap kegiatan Dewan Mesjid Indonesia kota Pangkalpinang, tabaarokallah. Taajir selalu dihati.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *