Ditulis Oleh : Cipto Wiyono
Mukadimah PSHT sejatinya terdiri dari lima alinea yang saling berkaitan, berisikan sari pati ajaran Setia Hati dan menjadi dasar yang harus dipedomani. Adapun isi dan pokok-pokok pikiran Mukadimah PSHT tersebut sesungguhnya mengajak para anggotanya untuk menjadi:
1. Manusia yang menyadari akan potensi dirinya sendiri, mengerti, memahami akan sangkan paraning dumadi, senantiasa melakukan laku tirakat/thariqat/mujahadah melalui maqam/tingkat ke tingkat, meraih kesempurnaan hidup (insan kamil/the perfect man/manusia sempurna), menyadari akan Allah senantiasa hadir dalam dirinya. (Mukadimah Alenia 1).
2. Manusia yang mengerti akan hakekat hidup dan telah menemukan Allah Yang Maha Kuasa (hatinya telah makrifatullah) serta mengajak saudara-saudara untuk mengenal-Nya pula. (Mukadimah Alenia 2).
3. Manusia yang sehat jasmaninya, memiliki kehormatan, memperoleh keselamatan, merasakan kebahagiaan, hidup dalam kebenaran, memiliki kesadaran, keyakinan, mampu mengendalikan hawa nafsunya, memiliki kepercaya diri yang tinggi dan mengenal dirinya sendiri. (Mukadimah Alenia 3).
4. Manusia yang tidak hanya puas belajar ilmu yang bersifat profan (keduniawian), lahiriyah tetapi juga suka belajar ilmu kejiwaan sehingga jiwanya merasakan kepuasan dan mendapatkan kebahagian abadi karena bertemu dengan Allah Yang Maha Kekal Abadi. (Mukadimah Alenia 4).
5. Manusia yang mampu menjadikan organisasi PSHT sebagai media menyatukan saudara SH, lembaga yang bergawai sebagai pembawa dan pemancar cita. (Mukadimah Alenia 5). Untuk mewujudkan ini semua maka organisasi PSHT harus dikelolah orang-orang yang tidak mau memutus tali persaudaraan dengan menghadapkan hatinya pada Tuhan YME, tidak hanya shalih secara individual tetapi juga shalih secara sosial, orang-orang yang mampu mengharumkan organisasi PSHT baik secara langsung atau tidak langsung, mampu hidup dengan kreatif, rajin bekerja, hidupnya bermanfaat, merasakan sukses dan bahagia dalam hidupnya. Adapun kesuksesan dan kebahagiaan yang tertinggi bagi orang SH adalah ketika dirinya senantiasa bertemu dan merasakan kehadiran Allah SWT dalam hidupnya.