Oleh : Hendra W. Saputro – Biro Humas Pusat
Journalasia.com -Melatih nggak dibayar, urusin organisasi dan urus anggotanya nggak dibayar, datang rakernas transport dan hotel pake duit sendiri. Mencari apa sih di PSHT?
Semua kegiatan itu ujung-ujungnya silaturahmi. Bertemu saudara (seperguruan pencak silat). Bikin happy!
Dulu, semasa kami siswa bertahun-tahun latihan pencak silat PSHT, bercucuran keringat bersama, sama-sama kena pukul, tendang, lakukan simulasi berkelahi secara sportif. Bersimbah lumpur sawah bersama, ambil sabuk di kuburan bersama-sama.
Hingga akhirnya disumpah menjadi saudara pun bersama-sama. Menjaga adi luhung nya ajaran pencak silat warisan leluhur. Dulunya pencak silat dipakai melawan kolonialisme. Sekarang, pencak silat digunakan untuk menciptakan persaudaraan produktif. Itulah kami di PSHT.
Ketika kami bertemu, bersalaman adalah wajib. Sebuah simbol connected antar hati. Menyatakan setia pada persaudaraan yang kami ucap pada malam pengesahan itu.
PSHT tercipta untuk mencetak manusia berbudi luhur faham benar dan salah. Terlahir dari rasa kebersamaan, kesetiaan, dan komitmen tinggi terhadap persaudaraan.
Maka tak salah bila kami rela dan ikhlas untuk bisa bersilaturahmi. Karena yakin bahwa ajaran PSHT berguna untuk membersamai kehidupan, direstui oleh payung keyakinan transendental masing-masing.
PSHT, jiwa-jiwanya punya energi sosial yang dahsyad!
Alhamdulillah Rakernas PSHT 2022 tlah usai tanpa baku hantam meski kami terlatih untuk beradu hantam. Adu argumentasi hal yang biasa. Tak ada beban karena yakin yang kita bayarkan untuk persaudaraan akan dibayarkan kembali oleh Tuhan YME. Wallahu a’lam bishawab, hanya Tuhanlah yang mengatur.
Salam Persaudaraan! PSHT Jaya!