Perjalanan Jiwa Menuju Dimensi Spritiual

Journalasia.com  -Aspek utama dalam perjalanan menuju ranah spirit adalah penggemblengan mental. Alam mental adalah gangguan paling kuat bagi perjalanan jiwa menuju dimensi spirit. Perlu diketahui bahwa hierarki tubuh manusia memiliki tujuh lapis kesadaran/ tataran.

1. Alam fisik

2. Alam etherik

3. Alam Astral

4. Alam mental

5. Alam spiritual

6. Alam kosmik

7. Alam nirvanik.

Adapun beberapa laku- laku yang pernah digemblengkan para avatar/ begawan/ guru- guru agung masa lampau sesungguhnya hanya tools untuk mengendalikan getaran mental, agar para pejalan yang mencari pencerahan memiliki road map menuju ranah spiritualitas yang nyata/ sejati.

Laku Puasa ngebleng, mutih, dll misal – ini didasarkan untuk mengikis mental tentang takut lapar, karena ketakutan tentang lapar jika tidak dikikis akan melahirkan keserakahan. Atau laku bertapa di kuburan (kasetra), itu bukan laku pemujaan terhadap setan dan demit- melainkan laku untuk mengikis rasa takut mati, takut kesepian, takut ditinggalkan, dan takut menjomblo karena jika rasa takut mati dan lainnya ini tidak terkikis akan melahirkan mental budak/ ketergantungan

Karena mudah terperdaya oleh naskah – naskah ilusi yang tidak rasional, atau perkataan dari akumulasi kumpulan trauma batin yang menyaru pada diri guru/ motivator yang merusak nalar. Bahkan dalam prespektif ajaran jawa kuno – ada aliran ajaran Tantra Baerawa yang memiliki laku tergolong ekstrim dalam prosesi mengikis segala bentuk mental – mental rendahan.

Seperti laku bertapa di dalam perut bangkai kerbau, atau bertapa berkalung usus mayat, sekali lagi hal ini bukanlah kegiatan pemujaan terhadap setan / demit – justru mental demit (energi yang masih rendah) dalam diri manusia ditransendensikan menuju dimensi keilahian. Saat mental jijik, getir, takut, benci, sok suci, di lebur menjadi getaran yang lebih lembut, keilahian itu sendiri. Niscaya jiwa manusia akan menemukan pencerahannya.

Adapun bertapa berdekatan dengan bangkai atau mayat hanya melatih kesadaran agar kita tidak takut mati – karena sebagai rupa yang tak abadi tubuh yang kita sandangpun akan hancur pada masanya. Kelemahan utama manusia adalah takut “tidak ada” karena manusia adalah mahluk ego yang paling eksistensial.

Nah Sang Budhapun berkata “Jika kamu melihat rupa/ sosok dalam meditasimu – maka lenyapkan segala apapun yang kamu lihat itu.” Jelas disinipun Sang Budha hendak menjelaskan bahwa proyeksi mental yang merupa di hadapanmupun harus dilampaui (disuwungkan), karena mereka bukan sunyata. Jelas ya kalau dalam meditasi masih ditemui sosok ini dan itu gak usah di besar – besarkan, gak usah dipamerkan, cukup simpan untukmu sendiri, sampai kamu mampu mengurainya, bisa jadi itu hanya proyeksi mentalmu yang masih menganggumu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *