Oleh: H. Johan Muhammad Nasir, M.Pd (Ketua DMI Kota Pangkalpinang)
Pada satu hadits dari Malik bin Sha’sha’ah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
بَيْنَا أَنَا عِنْدَ الْبَيْتِ بَيْنَ النَّائِمِ وَالْيَقْظَانِ-وَذَكَرَ يعنِي رَجُلاً بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ
“Ketika aku berada di sisi Ka’bah antara tidur dan bangun. Beliau menyebutkan seorang laki-laki diantara dua laki-laki.” Artinya ada malaikat yang mendatangi beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
فَأُتِيتُ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مُلأن حِكْمَةً وَإِيمَانًا، فَشُقَّ مِنَ النَّحْرِ إِلَى مَرَاقِّ الْبَطْنِ، ثُمَّ غُسِلَ الْبَطْنُ بِمَاءِ زَمْزَمَ، ثُمَّ مُلِئَ حِكْمَةً وَإِيمَانًا.
“Lalu dibawakan kepadaku sebuah bejana dari emas yang dipenuhi dengan hikmah dan iman. Lalu dada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dibelah dari nahr (النَّحْرِ) sampai bawah perut, kemudian perut dicuci dengan zam-zam, kemudian dipenuhi dengan hikmah dan keimanan.”
Ini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hendak Isra’ Mi’raj. Kemudian sebelum Isra’ Mi’raj Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dibelah terlebih dahulu dan dikeluarkan hatinya dan dicuci.
Apa hikmahnya?
Kata para ulama hikmahnya adalah bahwa Rasulullah hendak bertemu dengan Allah. Karena hendak bertemu dengan Allah dalam keadaan hati yang bersih dan suci.
Atas dasar itu -kata para ulama- jika kita hendak bermunajat dengan Allah, maka kita berusaha untuk membawa hati yang bersih.
Untuk yang ingin pergi haji -misalnya- tentu nanti di sana akan melakukan ibadah-ibadah yang agung di sana, akan banyak bermunajat kepada Allah di sana. Maka sebelum antum pergi haji, bersihkanlah dulu hatimu. Sebab ketika hati itu kurang bersih, menyebabkan ibadah kita jadi kurang.
Misalnya hati kita masih dikotori dengan ketidakikhlasan, masih mengharapkan pujian manusia, masih mengharapkan syahwat dunia, itu sangat berpengaruh kepada ibadah kita.
Orang yang masih mengharapkan dunia, misalnya saya pergi haji agar mendapatkan gelar “Pak Haji”, biar orang bisa melihat bahwa saya bisa haji dan yang lainnya, sehingga hilang ikhlasnya. Demikian pula ketika kita berhaji namun hati kita masih kotor dengan syahwat, dengan hawa nafsu, kadang akhirnya kita malah jatuh berbuat dosa di tanah haram. Sementara berbuat dosa di tanah haram bahkan di negeri haram, di bulan haram, di hari yang haram, itu dosanya dilipat-lipat kali ganda. Bahaya sekali.
وَأُتِيتُ بِدَابَّةٍ أَبْيَضَ دُونَ الْبَغْلِ وَفَوْقَ الْحِمَارِ الْبُرَاقُ،
“Lalu dibawakan kepadaku binatang yang berwarna putih. Dia lebih kecil dari bighal (binatang hasil kawin silang antara kuda dengan keledai) dan lebih besar dari keledai, yaitu kendaraan Buraq.”
Disebutkan dalam satu riwayat yang lain:
يضع خطوة عند أقصى طرفه
“Dia meletakkan langkahnya itu sejauh mata memandang”
Itulah Buraq. Adapun bagaimana bentuknya hanya Allah Yang Maha Tahu. Yang jelas tidak boleh digambarkan bahwa Buraq itu kepalanya perempuan seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman. Ini jelas penghinaan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
فَانْطَلَقْتُ مَعَ جِبْرِيلَ
“Lalu aku pergi bersama Jibril.”
Terjadi ikhtilaf di antara para ulama apakah kisah Isra’ Mi’raj ini apakah dengan ruhnya saja atau ruh dengan badan. Jumhur mengatakan ruh dengan badan. Karena ini merupakan salah satu mukjizat dan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala membesarkan kisah Isra’ dan Mi’raj ini di dalam surat Al-Isra’:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.” (QS. Al-Isra'[17]: 1)
Kalau hanya ruh saja, apa bedanya dengan mimpi? Tapi itu menentukan bahwa kejadian ini adalah kejadian yang sangat agung sekali. Kalau ruhnya Rasulullah saja yang pergi, bukan badannya, orang musyrikin pun tidak akan memperolok. Karena ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan kepada kaum musyrikin bahwa tadi malam dia pergi ke Masjidil Aqsa lalu ke langit maka orang-orang musyrikin mentertawakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan sebagian kaum muslimin yang masih lemah imannya murtad lagi. Karena dianggap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ngomong asal (ngacau). “Masa Rasulullah pergi ke Masjidil Aqsa dalam satu malam”, katanya.
Merekapun datang kepada Abu Bakar dan mengabarkan bahwa temannya mulai ngacau (tidak benar). Lalu kata Abu Bakar, “Aku mempercayai beliau lebih dari itu. Turun kepada beliau wahyu dari langit dan itu lebih besar lagi.” Kemudian Abu Bakar disebut sebagai Ash-Shiddiq. Kalau di zaman sekarang, sangat memungkinkan sekali. Pulang pergi dari Jeddah ke Syam paling 2 jam dengan pesawat. Bagi Allah mudah.
*MENDATANGI LANGIT DUNIA*
فَانْطَلَقْتُ مَعَ جِبْرِيلَ، حَتَّى أَتَيْنَا السَّمَاءَ الدُّنْيَا، قِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ.
“Lalu aku pergilah bersama Jibril hingga kami pun mendatangi langit dunia.” Lalu kemudian dikatakan,”Siapa ini?” Jibril berkata, “Jibril”
Dalam satu riwayat yang lain Malaikat Jibril minta untuk dibukakan pintu langit.
قِيلَ: مَنْ مَعَكَ؟ قَالَ: مُحَمَّدٌ.
Lalu dikatakan, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?” Jibril berkata, “Muhammad.”
قِيلَ: وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ.
“Apakah ia telah menjadi Rasul?” Kata Jibril, “Iya, sudah diutus.”
قِيلَ: مَرْحَبًا بِهِ؛ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ.
Dikatakan, “Selamat datang, sebaik-baiknya datang orang yang datang di hari ini.”
Setelah dibukakan pintu langit yang pertama, Rasul pun masuk dan beliau bertemu dengan Nabi Adam ‘Alaihish Shalatu was Salam. Dalam satu riwayat dikatakan, “Ini bapakmu, ucapkan salam kepadanya.”
Nabi berkata, “Lalu aku pun mengucapkan salam.”
Ini menunjukkan bahwa ucapan salam itu tahiyatnya para Nabi dan Rasul. Maka jangan diganti dengan “selamat pagi” atau yang lainnya. Lalu Nabi Adam berkata:
مَرْحَبًا بِكَ مِنِ ابْنٍ وَنَبِيٍّ
“Selamat datang anak dan Nabi.”
Ini menunjukkan bahwa disyariatkan kalau kita kedatangan tamu dari jauh kita ucapkan مَرْحَبًا (marhaban). kalau orang kita mengucapkan “selamat datang”. Ini sunnah. Kita katakan:
أهلا وسهلا ومرحبا
Dalam satu riwayat dikatakan bahwa penduduk langit pun bergembira dengan kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dimana penduduk langit tidak mengetahui apa yang Allah inginkan di bumi sampai Allah memberi tahu kepada mereka.
Penduduk langit tidak tahu apa yang terjadi di bumi, karena yang mengetahui yang ghaib hanya Allah. Kalau bukan karena Allah yang memberi tahu mereka tidak tahu. Sama halnya kita yang di bumi tidak tahu apa yang dilakukan para penduduk langit.
Ini menunjukkan bahwa kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke langit membuat gembira. Maka penduduk bumi lebih berhak bergembira dengan kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tapi gembira itu jangan setahun sekali. Kita gembira setiap hari dengan mempelajari sunah-sunah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kita gembira setiap hari dengan mengamalkan perintah dan titah-titah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Maka dari itu hakikat gembira dengan kedatangan dan kelahiran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah dengan cara mentaati Rasulullah, mengkaji sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Itulah kegembiraan.
*MENDATANGI LANGIT KE-2*
فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ.
“Lalu kami pun mendatangi langit yang ke dua.”
Disebutkan dalam satu riwayat hadits bahwa tebalnya satu langit sampai langit yang lain adalah 500 tahun perjalanan. Bahkan dalam surat Al-Ma’arij Allah menyebutkan:
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ ﴿٤﴾
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’arij[70: 4])
Dalam surat As-Sajdah disebutkan 1.000 tahun. Al-Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa 1.000 tahun itu adalah tebalnya langit dunia. Dan 50.000 tahun itu jarak antara bumi ke ‘Arsy.
Dalam satu hadits disebutkan bahwa tebalnnya satu langit adalah 500 tahun perjalanan, berarti kalau sampai langit ke-7 adalah 3.500 tahun perjalanan. Sementara ke ‘Arsy adalah 50.000 tahun perjalanan. Itu menunjukkan besar sekali ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. MasyaAllah, tidak ada yang mengetahui luasnya langit kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita tidak bisa memikirkan dengan akal pikiran kita. Ciptaan Allah ini luar biasa sekali.
Kita lanjutkan…
Kami mendatangi langit yang kedua, maka malaikat Jibril pun meminta dibukakan pintu lalu ditanya, “Siapa itu?” Ia menjawab, “Aku Jibril.” “Siapa yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Ini Muhammad.” “Apakah ia telah diutus?” Jibril menjawab, “Iya sudah.” Lalu malaikat itu mengucapkan:
مَرْحَبًا بِهِ، وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ.
“Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang.”
فَأَتَيْتُ عَلَى عِيسَى وَيَحْيَى، فَقَالاَ: مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ.
“Lalu aku bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya. Maka keduanya berkata, ‘Selamat datang saudara dan Nabi.”
*MENDATANGI LANGIT KE-3*
فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ الثَّالِثَةَ.
“Lalu kamipun mendatangi langit yang ke-3”
“Malaikat Jibril minta dibukakan pintu.”
Ini menunjukkan bahwa langit ada pintunya. Tidak mungkin bisa menembus langit yang pertama, kedua, kecuali melalui pintu. Dan setiap pintu dijaga oleh Malaikat. Kemudian Malaikat itu berakta:
مَرْحَبًا بِهِ، وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ.
“Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang.”
فَأَتَيْتُ يُوسُفَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ، فَقَالَ: مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ.
“Lalu aku bertemu dengan Nabi Yusuf, lalu aku mengucapkan salam kepadanya. Lalu Nabi Yusuf berkata, ‘Selamat datang saudara dan Nabi.”
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Nabi Yusuf:
إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ
“Ternyata beliau telah diberikan oleh Allah setengah keindahan.” (HR. Muslim)
*MENDATANGI LANGIT KE-4*
فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ الرَّابِعَةَ
“Lalu kami terus naik menuju langit yang ke-4.”
Malaikat Jibril minta dibukakan, kembali ditanya, “Ssiapa ini?” Beliau pun menjawab, “Aku Jibril.” “Siapa yang bersamamu?” “Muhammad.” “Apa telah diutus?” “Sudah.”
Lalu Malaikat itu berkata:
مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ.
“Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang.”
فَأَتَيْتُ عَلَى إِدْرِيسَ
Di situ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertemu dengan Nabi Idris. Lalu Rasulullah mengucapkan salam kepada beliau. Maka Nabi Idris berkata:
مَرْحَبًا بك مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ.
“Selamat datang saudara dan Nabi.”
*MENDATANGI LANGIT KE-5*
Malaikat Jibril kembali minta dibukakan pintu. Lalu Malaikat beratanya, “Siapa ini?” Maka beliau pun menjawab, “Aku Jibril.” “Siapa yang bersamamu?” “Muhammad.” “Apakah sudah diutus?” “Sudah”. Lalu Malaikat membukakan pintu dan berkata:
مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ.
“Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang.”
Kemudian kata Nabi Muhammad:
فَأَتَيْنَا عَلَى هَارُونَ، فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ، فَقَالَ: مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ.
“Aku bertemu dengan Nabi Harun ‘Alaihissalam. Lalu aku mengucapkan salam kepada Nabi Harun. Maka Nabi Harun mengatakan, ‘Selamat datang saudara dan Nabi.’”
*MENDATANGI LANGIT KE-6*
Dimintalah untuk dibukakan pintu. Lalu ditanya, “Siapa ini?” Dijawab, “Aku Jibril.” “Siapa bersamamu?” “Muhammad.” “Apakah sudah diutus?” “Sudah.” Lalu Malaikat itu berkata:
مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ.
“Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang.”
فَأَتَيْتُ عَلَى مُوسَى فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ: مَرْحَبًا بِكَ مِنْ أَخٍ وَنَبِيٍّ.
“Aku bertemu dengan Musa ‘Alaihissalam. Lalu aku mengucapkan salam kepada Nabi Musa. Maka Nabi Musa mengatakan, ‘Selamat datang saudara dan Nabi.’”
فَلَمَّا جَاوَزْتُ بَكَى، فَقِيلَ: مَا أَبْكَاكَ؟ قَالَ: يَا رَبِّ، هَذَا الْغُلاَمُ الَّذِي بُعِثَ بَعْدِي يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِهِ أَفْضَلُ مِمَّا يَدْخُلُ مِنْ أُمَّتِي.
“Ketika aku telah melewatinya, Nabi Musa pun menangis.” Lalu ditanya, “Apa yang membuatmu menangis hai Musa?” Musa menjawab, “Yaa Rabb, anak muda ini telah diutus setelahku, ternyata umatnya masuk ke surga lebih utama dan lebih banyak daripada umatku yang masuk surga.”
*MENDATANGI LANGIT KE-7*
Lalu ditanya, “Siapa ini?” Dijawab, “Jibril.” “Siapa yang bersamamu?” “Muhammad.” “Apakah sudah diutus?” “Sudah.” Maka Malaikat itu berkata:
مَرْحَبًا بِهِ وَلَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ.
“Selamat datang, sebaik-baik orang yang datang.”
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan:
فَأَتَيْتُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Lalu aku bertemu dengan Nabi Ibrahim.” Ini menunjukkan bahwa para Nabi itu bertingkat-tingkat derajatnya disisi Allah.
Dalam satu riwayat dikatakan, “Ini ayahmu, ucapkan salam kepadanya.” Lalu Nabi Muhammad mengucapkan salam kepada beliau. Lalu Nabi Ibrahim berkata:
مَرْحَبًا بِكَ مِنِ ابْنٍ وَنَبِيٍّ، فَرُفِعَ لِيَ الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ
“‘Selamat datang anak dan Nabi.’ Lalu diperlihatkan kepadaku Baitul Makmur.”
Dalam satu riwayat Abu Dawud bahwa Nabi Ibrahim berkata kepada Rasulullah:
يَا مُحَمَّدُ ، أَقْرِأْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلَامَ ، وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ ، عَذْبَةُ الْمَاءِ ، وَأَنَّهَا قِيعَانٌ ، وَغِرَاسُهَا : سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Hai Muhammad, sampaikan salam dariku untuk umatmu. Kabarkan kepada umatmu bahwa Surga itu tanahnya subur sekali dan sekarang Surga belum ada tanamannya. Dan bahwasanya tanaman-tanamannya adalah Subhanallah, Alhamdulillah. Laa Ilaha Illallah Allahu Akbar.”
Berarti kalau kita ingin punya tanaman di surga, banyak-banyak mengucapkan ini.
*BAITUL MAKMUR*
Baitul Makmur adalah sebuah rumah yang ada di langit yang ke-7. Dan tempatnya tepat di atas Ka’bah. Kalau Ka’bah diluruskan ke atas terus sampai langit ke-7, maka itu Baitul Makmur.
فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ فَقَالَ: هَذَا الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ، يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ.
“Lalu aku bertanya kepada Jibril. Maka Malaikat Jibril berkata, ‘Ini Baitul Makmur, setiap harinya 70.000 Malaikat shalat di situ. Kalau sudah keluar, tidak kembali lagi.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terus dibawa naik sampai ke Sidratul Muntaha.
*SIDRATUL MUNTAHA*
وَرُفِعَتْ لِي سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى، فَإِذَا نَبِقُهَا كَأَنَّهُ قِلاَلُ هَجَرٍ، وَوَرَقُهَا كَأَنَّهُ آذَانُ الْفُيُولِ، فِي أَصْلِهَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ: نَهْرَانِ بَاطِنَانِ وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ.
“Aku melihat Shidratul Muntaha di langit ke tujuh. Ternyata bijinya seperti kendi daerah Hajar, dan daunnya seperti telinga gajah. Dari akarnya keluar empat sungai; dua sungai tak terlihat dan dua sungai terlihat.”
فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ فَقَالَ: أَمَّا الْبَاطِنَانِ فَفِي الْجَنَّةِ،.
Lalu aku bertanya kepada Jibril, “Adapun yang tak terlihat itu adanya di surga sedangkan yang tampak yaitu sungai Nil dan Eufrat.”
Jadi sungai Nil dan Eufrat itu asalnya dari sana. Dalam satu riwayat yang dihasankan oleh Syaikh Al-Bani bahwa di Bumi ini ada empat sungai yang berasal dari surga. Sungai Nil, Sungai Eufrat, Sungai Jihan dan Saihan.
Kita tidak tahu bagaimana nyambungnya, hanya Allah yang maha tahu. Yang jelas kita wajib mengimani karena itu yang dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ditulis ba’da shubuh dari Masjid Al Hidayah Gabek Permai Kota Pangkalpinang