Ditulis Oleh: H. Johan – Ketua PD DMI Kota Pangkalpinang
Kedua kisah ini terjadi pada zaman Nabi yang berbeda, namun memiliki kemiripan. Yaitu tentang sikap umat yang berulang-ulang mengajukan pertanyaan kepada Nabinya.
Pertama tentang Bani Israil yang diperintahkan oleh Nabi Musa untuk menyembelih seekor sapi betina. Mereka justru bertanya balik bagaimana usia sapi tersebut.
Sehingga Sang Nabi menjawab bahwa sapi tersebut tidak boleh sapi tua, tidak boleh pula sapi muda. Namun mereka bertanya lagi tentang warnanya. Maka Nabi Musa menjawab warnanya harus kuning tua.
Tak cukup sampai di sana, mereka bertanya lagi tentang latar belakang sapi tersebut. Lalu Nabi Musa menjawab bahwa sapi itu belum pernah membajak sawah dan kulitnya tak ada cacat.
Demikianlah setiap kali mengajukan pertanyaan, justru semakin sulit perintah yang harus dikerjakan. Kisah ini diabadikan dalam surat Al-Baqarah ayat 67-71.
Abad demi abad berganti, tibalah pada zaman Nabi Muhammad. Siang itu di Madinah seorang sahabiyah perempuan datang kepada Rasulullah dan menceritakan bahwa suaminya telah mengucapkan perkataan zihar kepadanya.
Atas pengaduan itu maka turunlah Malaikat Jibril membawa wahyu sebagai jawaban kepada sahabiyah perempuan tersebut. Rasulullah meneruskan wahyu itu, bahwa bagi suaminya diwajibkan memerdekakan seorang hamba sahaya.
Ia justru bertanya balik bagaimana mungkin mengerjakan hal tersebut sedangkan suaminya tak punya hamba sahaya.
Sehingga Sang Nabi menjawab bahwa kalau begitu suaminya boleh berpuasa dua bulan berturut-turut. Namun ia bertanya lagi bagaimana mungkin mengerjakan hal tersebut sedangkan suaminya sudah kepayahan untuk puasa.
Maka Nabi Muhammad menjawab kalau demikian suaminya boleh memberi makan 60 orang fakir miskin saja.
Tak cukup sampai di sana, ia bertanya lagi bagaimana mungkin mengerjakan hal tersebut sedangkan suaminya seorang tak mampu. Lalu Nabi Muhammad masuk ke dalam rumah, membawa bahan makanan yang cukup untuk 60 orang dan menyerahkan padanya untuk membantu mengerjakan perintah ini.
Demikianlah setiap kali mengajukan pertanyaan, justru semakin mudah perintah yang harus dikerjakan. Kisah ini diabadikan dalam surat Al-Mujadalah ayat 1-4.
Dapatkah kita melihat perbedaan yang sangat jelas dari kedua kisah di atas? Bahwa ketika umat lain mendapatkan beban yang lebih berat karena semakin banyak bertanya kepada Nabi mereka, namun umat Rasulullah SAW justru mendapatkan beban yang lebih ringan karena semakin banyak bertanya kepada Nabi Muhammad.
Inilah salah satu bukti, bahwa Rasulullah SAW diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam. Apabila kita mau merenungi sedikit saja kisah ini, sungguh kita akan menjadi umat yang semakin bersyukur dan semakin mencintai Rasulullah SAW.